Senin, 24 September 2012

TUGAS RESUME BIOLOGI (Nursholeh, Fapet Unja 2011)

“TUGAS RESUME BIOLOGI”

NAMA    : NURSHOLEH
KELAS    : D
NIM        : E10011128


EVALUASI CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI USIA
12 – 24 BULAN


1.    Latar Belakang
Penyakit hepatitis B merupakan penyakit endemik yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Secara epidemiologi penyakit ini tersebar di seluruh dunia, Indonesia termasuk negara dengan kategori tingkat endemik yang tinggi dimana prevalensi HbsAg lebih dari 8% (Departemen Kesehatan, 1996; World Health Organization, 2001).
Infeksi hepatitis B ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Bila bayi terinfeksi pada waktu lahir atau pada usia1-5 tahun maka akan terjadi penyakit hati yang kronik. Infeksi yang berjalan kronis mempunyai kemungkinan untuk menjadi cirrhosis hepatis dan kanker hati. Mereka yang menderita infeksi kronisini  merupakan sumber untuk penularan penyakit hepatitis B (Markum, 1997; Ranuh, 2001).
Oleh karena itu pencegahan merupakan kunci utama untuk mengurangi sumber penularan serta penurunan angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit hepatitis B. Pencegahan ini dapat dilakukan sedini mungkin pada bayi dan balita melalui pemberian imunisasi hepatitis B. Hingga saat ini program imunisasi hepatitis B masih terus berjalan walaupun banyak kendala yang dihadapi, diantaranya belum tercapainya target cakupan imunisasi dan indeks pemakaian vaksin yang rendah. Bila program imunisasi ini berhasil, diharapkan pada tahun 2015 (satu generasi kemudian) hepatitis B bisa diberantas dan bukan merupakan persoalan kesehatan masyarakat lagi (Suara Merdeka, 2006; Akbar, 2006).





HASIL

Karakteristik Demografi Ibu Balita
Peran ibu sangat penting dalam menentukan status kesehatan bayinya, termasuk untuk kelengkapan imunisasi bayinya. Berbagai factor dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam memainkan perannya sehubungan dengan masalah kesehatan bayinya, misalnya latar belakang pendidikannya, umur, jumlah anak, pekerjaan serta sosioekominya. Pada penelitian ini dilakukan wawancara terhadap 100 orang ibu yang mempunyai balita usia 12-24 bulan. Beberapa karakteristik ibu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Demografi Ibu yang Mempunyai Balita Usia 12-24 Bulan
No.    Karakteristik Ibu    Jumlah    Persentase
1    Umur
<25
25-29
30-34
> 34   
35
31
19
15   
35%
31%
19%
15%
2    Pendidikan
Tidak tamat SD
SD
SMP
SMA ke atas   
2
31
45
22          
        2%
31%
45%
22%
3    Pekerjaan
IRT
Wiraswasta
Lainnya   
82
10
8   
82%
10%
8%
4    Jumlah anak
1
2-3
≥4   
24
54
22   
24%
54%
22%

Rata-rata umur ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini 27,6 tahun, dimana umur ibu yang termuda 19 tahun dan yang tertua berumur 41 tahun, dan mayoritas ibu berumur di bawah 25 tahun (35%). Peningkatan cakupan imunisasi melalui pendidikan orang tua (ibu) telah menjadi stategi popular di berbagai negara. Strategi ini berasumsi bahwa anak-anak tidak akan diimunisasi secara benar disebabkan orang tua tidak mendapat penjelasan yang baik atau karena memiliki sikap yang buruk tentang imunisasi. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas ibu-ibu yang menjadi responden mempunyai tingkat pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah yaitu 78%, hanya 22% yang mempunyai tingkat pendidikan lebih atau setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Program imunisasi ini dapat berhasil jika ada usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan pada orang-orang yang memiliki pengetahuan dan komitmen yang tinggi terhadap imunisasi.
Keberhasilan imunisasi juga dapat dipengaruhi ada atau tidaknya waktu ibu untuk membawa anaknya imunisasi ke posyandu atau puskesmas pada jadwal-jadwal tertentu, seperti jadwal posyandu yang dilakukan sekali sebulan. Pada penelitian ini umumnya ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga (82%), hanya 18% ibu yang mempunyai pekerjaan selain sebagai ibu rumah tangga.
Program imunisasi dasar termasuk imunisasi hepatitis ini pada umumnya dilaksanakan oleh unitunit pelayanan imunisasi pemerintah seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu. Hasil penelitian terhadap 100 balita pada studi ini menunjukkan hampir semua balita yang diimunisasi mendapatkannya di Posyandu (97%) seperti tabel berikut:

Tempat Pelayanan    Jumlah    Persentase
Posyandu    97    97%
Tidak diimunisasi    3    3%
Total    100    100%


Imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah Indonesia bertujuan untuk melindungi bayi dari 7  macam penyakit yaitu penyakit tuberkulosis dengan pemberian imunisasi BCG, penyakit difteria, tetanus dan pertusiss (batuk rejan) dengan imunisasi DPT, penyakit poliomyelitis dengan imunisasi polio, penyakit campak dengan imunisasi campak dan penyakit hepatitis B dengan imunisasi hepatitis B (Markum, 1997; Herawati, 1999). Vaksin hepatitis B hanya berfungsi untuk melindungi dari infeksi hepatitis B, tidak memberikan perlindungan terhadap jenis hepatitis lainnya ataupun jaundice (WHO, 2001). Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa 56% ibu-ibu tidak mengetahui imunisasi hepatitis B dapat mencegah hepatitis B.
Seperti diketahui infeksi hepatitis B dapat ditularkan melalui ibu ke bayinya (perinatal transmission), baik saat dalam kandungan maupun saat persalinan, melalui penggunaan alat-alat medis yang terkontaminasi seperti jarum suntik, melalui transfusi darah serta melalui hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi virus hepatitis B. Infeksi kronis hepatitis B dapat menyebabkan cirrhosis hepatis dan kanker hati (Prijanto, 2002; Anwar, 2000; Herawati; 1999). Berbagai alasan dikemukan ibu atas ketidaklengkapan imunisasi hepatitis B balitanya, Hal ini mungkin disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh ibu dari kader-kader posyandu. Alasan lain, dikarenakan anak sedang sakit. Pada prinsipnya tidak ada halangan atau kontraindikasi dalam pemberian imunisasi hepatitis B.




KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian evalutif ini, cakupan imunisasi hepatitis B pada bayi usia 12–24 bulan di Kabupaten Asahan ternyata masih rendah dimana hanya 58% balita yang mendapat imunisasi hepatitis B lengkap yaitu balita yang mendapat tiga dosis hepatitis B sebelum usia satu tahun. Dengan tiga kali pemberian imunisasi hepatitis B ini, diharapkan dapat memberikan perlindungan lebih dari 95% terhadap ancaman infeksi hepatitis B. Bila dilihat cakupan imunisasi hepatitis B sesuai serial pemberiannya, masing-masing menunjukkan cakupan yang relatif tinggi yaitu 65%, 95% dan 90% berturut-turut untuk HB 1, HB 2 dan HB3. Pengetahuan para ibu tentang manfaat pemberian imunisasi hepatitis B, jadwal pemberian, cara penularan serta akibat penyakit hepatitis B masih rendah. Sebanyak 56% para ibu tidakmengetahui imunisasi hepatitis B dapat mencegah hepatitis B, 73% para ibu tidak tahu tentang pemberian dosis pertama dan 65% para ibu tidak tahu berapa kali imunisasi hepatitis B yang harus diperoleh balitanya. Ketidaktahuan waktu dan tempat imunisasi merupakan alasan yang paling sering dikemukan ibu atas ketidaklengkapan imunisasi balitanya. Alasan lain, dikarenakan anak sedang sakit, padahal tidak ada halangan atau kontraindikasi dalam pemberian imunisasi hepatitis B. Namum baik petugas kesehatan maupun ibu ternyata sering menunda pemberian imunisasi hepatitis B jika anak sedang sakit. Untuk meningkatkan cakupan imunisasi hepatitis B, hendaknya para petugas kesehatan maupun kader lebih sering memberikan penyuluhan dan sosialisasi agar para ibu lebih sadar untuk membawa balitanya ke posyandu ataupun sarana pelayanan kesehatan lainnya untuk diimunisasi.
   


Di Poskan Oleh : Nursholeh, Fapet UNJA, 2011.

FB : Nur Enda Wijoyo Diningrat
0815 3215 6677